Tiada Kesuksesan tanpa jerih payah dan pengorbanan, ibarat kerang laut belia yang akan berubah sosoknya menjadi kerang mutiara.Semua yang berhasil selalu di awali proses yang panjang dan melelahkan. Tapi yakinlah Allah Swt akan mengganti setiap air mata kita dengan air mata haru penuh kebahagiaan dan rasa syukur.Life is a gift, Live it..Enjoy it..Celebrateit..And fulfill it..Cintai orang dengan perkataan dan perbuatan. Deklarasikan pada dirimu dan alam " AKU PASTI BISA"
Rabu, 05 Oktober 2011
Kamis, 28 April 2011
Minggu, 24 April 2011
Sekolahnya Manusia
MUNIF CHATIB
Kita dapat menceritakan sesuatu kepada siswa
dengan cepat.
Namun siswa akan melupakan apa yang kita ceritakan itu dengan cepat.
Persepsi Guru Terhadap Pembelajaran
• Proses belajar adalah transformasi informasi dua arah.
• Prosentase terbesar dalam proses belajar yang benar adalah terletak pada AKTIVITAS BELAJAR SISWA.
• Keberhasilan aktivitas belajar siswa harus dengan Holistic Activities (aktivitas yang menyeluruh)
Falsafah Konfusius
2400 tahun silam
2400 tahun silam
Yang saya dengar, saya lupa
Yang saya lihat, saya ingat
Yang saya kerjakan, saya pahami
Yang saya dengar, saya lupa
Yang saya dengar dan lihat, saya sedikit ingat
Yang saya dengar, lihat, dan pertanyakan atau diskusikan dengan orang lain, saya mulai pahami.
Dari yang saya dengar, lihat, bahas dan terapkan, saya dapatkan pengetahuan dan ketrampilan.
Yang saya ajarkan kepada orang lain, saya kuasai.
Hasil Penelitian DR. Howard Gardner
• Guru mengajar dengan gaya berceramah, potensi terbesar siswa menyerap informasi hanya 35%.
• Dari 35% tersebut, siswa dapat mengingat 70% pada 5 menit pertama sedangkan dalam 5 menit terakhir, siswa hanya ingat 10%.
• Dengan menambahkan media visual pada pembelajaran, ingatan akan meningkat, dari 15% hingga 40%.
• Pembelajaran kosa kata dengan media visual, akan meningkatkan ingatan sampai 200%.
• Waktu yang diperlukan untuk memahami sebuah konsep dapat berkurang 40% ketika menggunakan media visual.
Kekhawatiran guru terhadap pembelajaran dengan aktivitas
1. Belajar aktif dianggap hanya merupakan kumpulan kesenangan dan permainan yang tidak menyentuh ke materi pendidikan.
Komentar: Aktivitas tidak akan menyentuh materi apabila tidak merujuk pada indikator hasil belajar pada kompetensi dasar yang ditentukan.
2. Belajar aktif dapat menjebak siswa untuk fokus pada aktivitas itu sendiri sampai-sampai siswa tidak memahami apa yang mereka pelajari.
Komentar: Dapat terjadi apabila aktivitas dalam proses belajar tersebut:
– Tidak merujuk indikator hasil belajar,
– Tidak mempunyai indikator penilaian aktivitas,
– Tidak mempunyai “gairah hasil akhir”
3. Belajar aktif menyita banyak waktu sehingga target seluruh pembelajaran tidak tercapai pada waktu yang ditentukan.
Komentar: Aktifitas dapat didisain dengan tepat dan cepat, tergantung dari:
– Kreativitas guru dalam merancang aktivitas.
– Target pembelajaran siswa dititik beratkan pada pencapaian kompetensi, bukan pada percepatan waktu.
4. Apakah siswa juga tertarik dengan model belajar aktif?
Komentar: Ketertarikan siswa dengan aktivitas belajar tergantung dari:
– Kualitas aktivitas itu sendiri
– Kualitas scene setting dari setiap aktivitas.
5. Apakah model belajar aktif jika digunakan terus menerus tidak akan membuat siswa dan guru bosan?
Komentar: Kebosanan terletak pada:
– tidak adanya variasi aktivitas belajar yang disuguhkan.
– Tidak adanya kompetisi dalam aktivitas dengan menggunakan scoring system.
untuk lebih lengkapnya dalam strategi sekolah yang unggul dapat langsung datang ke Pimpinan Cabang Al-Irsyad Al_islamiyyah Jember
Jl. KArimata Gg. Barokah 53 Jember
Telp. 0331 330449. 355761
acara konsultasi diadakan setiap bulan …….
MUNIF CHATIB Kita dapat menceritakan sesuatu kepada siswa dengan cepat. Namun siswa akan melupakan apa yang kita ceritakan itu dengan cepat. Persepsi Guru Terhadap Pembelajaran • Proses belajar adalah transformasi informasi dua arah. • Prosentase terbesar dalam proses belajar yang benar adalah terletak pada AKTIVITAS BELAJAR SISWA. • Keberhasilan aktivitas belajar siswa harus dengan Holistic Activities (aktivitas yang menyeluruh) Falsafah Konfusius 2400 tahun silam Yang saya dengar, saya lupa Yang saya lihat, saya ingat Yang saya kerjakan, saya pahami Yang saya dengar, saya lupa Yang saya dengar dan lihat, saya sedikit ingat Yang saya dengar, lihat, dan pertanyakan atau diskusikan dengan orang lain, saya mulai pahami. Dari yang saya dengar, lihat, bahas dan terapkan, saya dapatkan pengetahuan dan ketrampilan. Yang saya ajarkan kepada orang lain, saya kuasai. Hasil Penelitian DR. Howard Gardner • Guru mengajar dengan gaya berceramah, potensi terbesar siswa menyerap informasi hanya 35%. • Dari 35% tersebut, siswa dapat mengingat 70% pada 5 menit pertama sedangkan dalam 5 menit terakhir, siswa hanya ingat 10%. • Dengan menambahkan media visual pada pembelajaran, ingatan akan meningkat, dari 15% hingga 40%. • Pembelajaran kosa kata dengan media visual, akan meningkatkan ingatan sampai 200%. • Waktu yang diperlukan untuk memahami sebuah konsep dapat berkurang 40% ketika menggunakan media visual. Kekhawatiran guru terhadap pembelajaran dengan aktivitas 1. Belajar aktif dianggap hanya merupakan kumpulan kesenangan dan permainan yang tidak menyentuh ke materi pendidikan. Komentar: Aktivitas tidak akan menyentuh materi apabila tidak merujuk pada indikator hasil belajar pada kompetensi dasar yang ditentukan. 2. Belajar aktif dapat menjebak siswa untuk fokus pada aktivitas itu sendiri sampai-sampai siswa tidak memahami apa yang mereka pelajari. Komentar: Dapat terjadi apabila aktivitas dalam proses belajar tersebut: – Tidak merujuk indikator hasil belajar, – Tidak mempunyai indikator penilaian aktivitas, – Tidak mempunyai “gairah hasil akhir” 3. Belajar aktif menyita banyak waktu sehingga target seluruh pembelajaran tidak tercapai pada waktu yang ditentukan. Komentar: Aktifitas dapat didisain dengan tepat dan cepat, tergantung dari: – Kreativitas guru dalam merancang aktivitas. – Target pembelajaran siswa dititik beratkan pada pencapaian kompetensi, bukan pada percepatan waktu. 4. Apakah siswa juga tertarik dengan model belajar aktif? Komentar: Ketertarikan siswa dengan aktivitas belajar tergantung dari: – Kualitas aktivitas itu sendiri – Kualitas scene setting dari setiap aktivitas. 5. Apakah model belajar aktif jika digunakan terus menerus tidak akan membuat siswa dan guru bosan? Komentar: Kebosanan terletak pada: – tidak adanya variasi aktivitas belajar yang disuguhkan. – Tidak adanya kompetisi dalam aktivitas dengan menggunakan scoring system. untuk lebih lengkapnya n
MUNIF CHATIB
Kita dapat menceritakan sesuatu kepada siswa
dengan cepat.
Namun siswa akan melupakan apa yang kita ceritakan itu dengan cepat.
Persepsi Guru Terhadap Pembelajaran
• Proses belajar adalah transformasi informasi dua arah.
• Prosentase terbesar dalam proses belajar yang benar adalah terletak pada AKTIVITAS BELAJAR SISWA.
• Keberhasilan aktivitas belajar siswa harus dengan Holistic Activities (aktivitas yang menyeluruh)
Falsafah Konfusius
2400 tahun silam
2400 tahun silam
Yang saya dengar, saya lupa
Yang saya lihat, saya ingat
Yang saya kerjakan, saya pahami
Yang saya dengar, saya lupa
Yang saya dengar dan lihat, saya sedikit ingat
Yang saya dengar, lihat, dan pertanyakan atau diskusikan dengan orang lain, saya mulai pahami.
Dari yang saya dengar, lihat, bahas dan terapkan, saya dapatkan pengetahuan dan ketrampilan.
Yang saya ajarkan kepada orang lain, saya kuasai.
Hasil Penelitian DR. Howard Gardner
• Guru mengajar dengan gaya berceramah, potensi terbesar siswa menyerap informasi hanya 35%.
• Dari 35% tersebut, siswa dapat mengingat 70% pada 5 menit pertama sedangkan dalam 5 menit terakhir, siswa hanya ingat 10%.
• Dengan menambahkan media visual pada pembelajaran, ingatan akan meningkat, dari 15% hingga 40%.
• Pembelajaran kosa kata dengan media visual, akan meningkatkan ingatan sampai 200%.
• Waktu yang diperlukan untuk memahami sebuah konsep dapat berkurang 40% ketika menggunakan media visual.
Kekhawatiran guru terhadap pembelajaran dengan aktivitas
1. Belajar aktif dianggap hanya merupakan kumpulan kesenangan dan permainan yang tidak menyentuh ke materi pendidikan.
Komentar: Aktivitas tidak akan menyentuh materi apabila tidak merujuk pada indikator hasil belajar pada kompetensi dasar yang ditentukan.
2. Belajar aktif dapat menjebak siswa untuk fokus pada aktivitas itu sendiri sampai-sampai siswa tidak memahami apa yang mereka pelajari.
Komentar: Dapat terjadi apabila aktivitas dalam proses belajar tersebut:
– Tidak merujuk indikator hasil belajar,
– Tidak mempunyai indikator penilaian aktivitas,
– Tidak mempunyai “gairah hasil akhir”
3. Belajar aktif menyita banyak waktu sehingga target seluruh pembelajaran tidak tercapai pada waktu yang ditentukan.
Komentar: Aktifitas dapat didisain dengan tepat dan cepat, tergantung dari:
– Kreativitas guru dalam merancang aktivitas.
– Target pembelajaran siswa dititik beratkan pada pencapaian kompetensi, bukan pada percepatan waktu.
4. Apakah siswa juga tertarik dengan model belajar aktif?
Komentar: Ketertarikan siswa dengan aktivitas belajar tergantung dari:
– Kualitas aktivitas itu sendiri
– Kualitas scene setting dari setiap aktivitas.
5. Apakah model belajar aktif jika digunakan terus menerus tidak akan membuat siswa dan guru bosan?
Komentar: Kebosanan terletak pada:
– tidak adanya variasi aktivitas belajar yang disuguhkan.
– Tidak adanya kompetisi dalam aktivitas dengan menggunakan scoring system.
untuk lebih lengkapnya dalam strategi sekolah yang unggul dapat langsung datang ke Pimpinan Cabang Al-Irsyad Al_islamiyyah Jember
Jl. KArimata Gg. Barokah 53 Jember
Telp. 0331 330449. 355761
acara konsultasi diadakan setiap bulan …….
Lima E Sikap Guru Berkualitas
DALAM dimensi operasional terutama pada jalur sekolah, guru merupakan salah satu unsur pendidikan lebih khusus lagi dalam tingkatan instruksional dan eksperiensial. Guru berada dalam front terdepan pendidikan yang berhadapan secara langsung dengan peserta didik melalui proses interaksi instruksional sebagai wahana terjadinya proses pembelajaran siswa dengan nuansa pendidikan. Dalam proses ini terjadilah suasana eksperiensial yaitu diperolehnya pengalaman belajar siswa untuk memperoleh perubahan perilaku ke arah yang lebih baik sesuai dengan tujuan pendidikan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penentu kualitas proses dan hasil pendidikan terletak pada kinerja “ perilaku mengajar “ para guru ( Mohamad Surya : 2003 ).
Perilaku mengajar guru yang diwujudkan dalam “interaksi pengajaran” menimbulkan “ perilaku belajar “ siswa. Yang pada gilirannya akan menghasilkan “hasil “ para siswa. Dalam konteks ini terjadi keterkaitan timbal balik antara “ perilaku mengajar”, “ interaksi pengajaran “. “ perilaku belajar”, dan “ hasil belajar. “. Kualitas hasil belajar sebagai indikator kualitas pendidikan ditentukan oleh kualitas “perilaku belajar” siswa yang terwujud melalui proses “interaksi pengajaran” yang dikreasikan oleh “ perilaku mengajar “ dari guru. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa keefektivan pendidikan diawali dengan kualitas “ perilaku mengajar “ dari para guru.
Kualitas perilaku mengajar dari guru ditentukan dan dipengaruhi oleh berbagai faktor baik internal maupun eksternal, seperti tingkat pendidikan, penguasaan subjek, pengalaman, kualitas kepribadian, kualitas kehidupan, sikap dan ahaan diharapkan dapat mengubah pola pikiran ketergantungan kepada instansi formal menuju kemandirian yang lebih kreatif untuk menciptakan lapangan kerja.pandangan lingkungan masyarakat, dan lain sebagainya. Dengan kata lain kualitas perilaku guru dalam menyiasati segenap tugas profesinya menjadi kunci keberhasilan pendidikan. Kualitas perilaku guru itulah mengantarkan guru tersebut dikategorikan sebagai “guru berkualitas”. Guru berkualitas biasanya menjadi idola masyarakat terlebih khusus peserta didiknya. Ada pun guru yang diidolakan itu mempunyai sikap 5 E ( efektif, edukatif, evaluatif, energik, dan emansipatif ) terpadu dalam dirinya sebagai sosok seorang guru.
Pertama, efektif. Pembelajaran dikatakan efektif apabila mampu memberikan
pengalaman baru, dan membentuk kompetensi peserta didik serta mengantarkan mereka ke tujuan yang ingin dicapai secara optimal ( E. Mulyasa : 2006 ).
Pembelajaran efektif hanya akan terjadi apabila diampu oleh guru efektif. Guru efektif selalu melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajarannya. Siswa dipersilakan mengunyah-unyah materi pelajaran hingga lumat melalui berbagai kegiatan praktikum, diskusi, tanya jawab , debat terarah dan lain-lain untuk menuju pemahaman materi di bawah kendali guru efektif. Oleh karenanya guru efektif dituntut selalu memperbaiki kinerjanya , misalnya melalui penelitian tindakan kelas ( PTK ) atau pun melalui kajian mendalam tentang proses pembelajaran ( lesson study ).
Di dalam pelaksanaan pembelajaran kesehariannya, guru tak dapat melepaskan dengan pertanyaan-pertanyaan. Pertanyaan yang diberikan kepada siswa hendaknya tidak hanya tentang apa, siapa dan di mana akan tetapi lebih banyak menekankan pada pertanyaan mengapa atau bagaimana. Oleh karena itu mengemukakan permasalahan ( problem ) kepada siswa jauh lebih berbobot daripada pemberian informasi melulu. Siswa hendaknya diajak memecahkan permasalahan, berpikir kritis, dan membangun semangat untuk memiliki keingintahuan yang tinggi.
Kedua, edukatif. Edukatif merupakan peran utama dan terutama khususnya untuk peserta didik pada jenjang pendidikan dasar ( SD dan SMP ). Peran ini lebih tampak sebagai teladan bagi peserta didik, sebagai role model, memberikan contoh dalam hal sikap dan perilaku dan membentuk kepribadian peserta didik ( Suparlan : 2005 ).
Di dalam perannya sebagai edukator, guru diharapkan memenuhi perannya sebagai : a) pengembang kepribadian peserta didik, b) pembimbing peserta didik, c) pembina budi pekerti peserta didik dan d) pemberi pengarahan kepada peserta didik. Dengan kata lain guru hendaknya membantu peserta didik yang sedang berkembang untuk mempelajari sesuatu yang belum diketahuinya , membentuk kompetensi, dan memahami materi standar yang dipelajari. Di dalam pembelajaran , guru harus berpacu memberikan kemudahan belajar bagi seluruh peserta didik agar dapat mengembangkan potensinya secara optimal.
Ketiga, evaluatif. Evaluasi atau penilaian merupakan aspek pembelajaran yang paling kompleks, karena melibatkan banyak latar belakang dan hubungan serta vsrisbel lain yang mempunyai arti apabila berhubungan dengan konteks yang hampir tidak mungkin dapat dipisahkan dengan setiap penilaian. Tak ada proses pembelajaran tanpa penilaian . Mengapa ? Karena penilaian merupakan proses menetapkan kualitas hasil belajar atau proses untuk menentukan tingkat pencapaian tujuan pembelajaran ( E. Mulyasa : 2005 ).
Mengingat penilaian itu harus dilaksanakan dengan prinsip-prinsip dan teknik yang sesuai , maka guru perlu memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang memadai. Selama menilai peserta didik, guru hendaknya secara menyadari kesalahan dan kekurangannya melalui refleksi balikan dari peserta didik. Hal ini untuk memperbaiki langkah-langkah yang lebih berkualitas. Guru yang mau menilai kemampuan kognitif, perilaku dan keterampilan secara terpadu pada peserta didiknya adalah guru yang bertanggung jawab. Selain menilai hasil belajar peserta didik , guru harus mau menilai dirinya sendiri secara objektif . Guru yang demikian inilah merupakan guru yang benar-benar evaluatif.
Langganan:
Postingan (Atom)