Minggu, 24 April 2011

Sekolahnya Manusia

MUNIF CHATIB
Kita dapat menceritakan sesuatu kepada siswa
dengan cepat.
Namun siswa akan melupakan apa yang kita ceritakan itu dengan cepat.

Persepsi Guru Terhadap Pembelajaran
         Proses belajar adalah transformasi informasi dua arah.
         Prosentase terbesar dalam proses belajar yang benar adalah terletak pada AKTIVITAS BELAJAR SISWA.
         Keberhasilan aktivitas belajar siswa harus dengan Holistic Activities (aktivitas yang menyeluruh)

Falsafah Konfusius
2400 tahun silam

Yang saya dengar, saya lupa
Yang saya lihat, saya ingat
Yang saya kerjakan, saya pahami

Yang saya dengar, saya lupa
Yang saya dengar dan lihat, saya sedikit ingat
Yang saya dengar, lihat, dan pertanyakan atau diskusikan dengan orang lain, saya mulai pahami.
Dari yang saya dengar, lihat, bahas dan terapkan, saya dapatkan pengetahuan dan ketrampilan.
Yang saya ajarkan kepada orang lain, saya kuasai.

Hasil Penelitian DR. Howard Gardner
         Guru mengajar dengan gaya berceramah, potensi terbesar siswa menyerap informasi hanya 35%.
         Dari 35% tersebut, siswa dapat mengingat 70% pada 5 menit pertama sedangkan dalam 5 menit terakhir, siswa hanya ingat 10%.
         Dengan menambahkan media visual pada pembelajaran, ingatan akan meningkat, dari 15% hingga 40%.
         Pembelajaran kosa kata dengan media visual, akan meningkatkan ingatan sampai 200%.
         Waktu yang diperlukan untuk memahami sebuah konsep dapat berkurang 40% ketika menggunakan media visual.


Kekhawatiran guru terhadap pembelajaran dengan aktivitas
1.     Belajar aktif dianggap hanya merupakan kumpulan kesenangan dan permainan yang tidak menyentuh ke materi pendidikan.
          Komentar: Aktivitas tidak akan menyentuh materi apabila tidak merujuk pada indikator hasil belajar pada kompetensi dasar yang ditentukan.
2.     Belajar aktif dapat menjebak siswa untuk fokus pada aktivitas itu sendiri sampai-sampai siswa tidak memahami apa yang mereka pelajari.
          Komentar: Dapat terjadi apabila aktivitas dalam proses belajar tersebut:
       Tidak merujuk indikator hasil belajar,
       Tidak mempunyai indikator penilaian aktivitas,
       Tidak mempunyai “gairah hasil akhir”
3.     Belajar aktif menyita banyak waktu sehingga target seluruh pembelajaran tidak tercapai pada waktu yang ditentukan.
          Komentar: Aktifitas dapat didisain dengan tepat dan cepat, tergantung dari:
       Kreativitas guru dalam merancang aktivitas.
       Target pembelajaran siswa dititik beratkan pada pencapaian kompetensi, bukan pada percepatan waktu.

4.     Apakah siswa juga tertarik dengan model belajar aktif?
          Komentar: Ketertarikan siswa dengan aktivitas belajar tergantung dari:
       Kualitas aktivitas itu sendiri
       Kualitas scene setting dari setiap aktivitas.
5.     Apakah model belajar aktif jika digunakan terus menerus tidak akan membuat siswa dan guru bosan?
          Komentar: Kebosanan terletak pada:
       tidak adanya variasi aktivitas belajar yang disuguhkan.
       Tidak adanya kompetisi dalam aktivitas dengan menggunakan scoring system.
untuk lebih lengkapnya dalam strategi sekolah yang unggul dapat langsung datang ke Pimpinan Cabang Al-Irsyad Al_islamiyyah Jember
Jl. KArimata Gg. Barokah 53 Jember
Telp. 0331 330449. 355761
acara konsultasi diadakan setiap bulan …….




















MUNIF CHATIB Kita dapat menceritakan sesuatu kepada siswa dengan cepat. Namun siswa akan melupakan apa yang kita ceritakan itu dengan cepat. Persepsi Guru Terhadap Pembelajaran • Proses belajar adalah transformasi informasi dua arah. • Prosentase terbesar dalam proses belajar yang benar adalah terletak pada AKTIVITAS BELAJAR SISWA. • Keberhasilan aktivitas belajar siswa harus dengan Holistic Activities (aktivitas yang menyeluruh) Falsafah Konfusius 2400 tahun silam Yang saya dengar, saya lupa Yang saya lihat, saya ingat Yang saya kerjakan, saya pahami Yang saya dengar, saya lupa Yang saya dengar dan lihat, saya sedikit ingat Yang saya dengar, lihat, dan pertanyakan atau diskusikan dengan orang lain, saya mulai pahami. Dari yang saya dengar, lihat, bahas dan terapkan, saya dapatkan pengetahuan dan ketrampilan. Yang saya ajarkan kepada orang lain, saya kuasai. Hasil Penelitian DR. Howard Gardner • Guru mengajar dengan gaya berceramah, potensi terbesar siswa menyerap informasi hanya 35%. • Dari 35% tersebut, siswa dapat mengingat 70% pada 5 menit pertama sedangkan dalam 5 menit terakhir, siswa hanya ingat 10%. • Dengan menambahkan media visual pada pembelajaran, ingatan akan meningkat, dari 15% hingga 40%. • Pembelajaran kosa kata dengan media visual, akan meningkatkan ingatan sampai 200%. • Waktu yang diperlukan untuk memahami sebuah konsep dapat berkurang 40% ketika menggunakan media visual. Kekhawatiran guru terhadap pembelajaran dengan aktivitas 1. Belajar aktif dianggap hanya merupakan kumpulan kesenangan dan permainan yang tidak menyentuh ke materi pendidikan. Komentar: Aktivitas tidak akan menyentuh materi apabila tidak merujuk pada indikator hasil belajar pada kompetensi dasar yang ditentukan. 2. Belajar aktif dapat menjebak siswa untuk fokus pada aktivitas itu sendiri sampai-sampai siswa tidak memahami apa yang mereka pelajari. Komentar: Dapat terjadi apabila aktivitas dalam proses belajar tersebut: – Tidak merujuk indikator hasil belajar, – Tidak mempunyai indikator penilaian aktivitas, – Tidak mempunyai “gairah hasil akhir” 3. Belajar aktif menyita banyak waktu sehingga target seluruh pembelajaran tidak tercapai pada waktu yang ditentukan. Komentar: Aktifitas dapat didisain dengan tepat dan cepat, tergantung dari: – Kreativitas guru dalam merancang aktivitas. – Target pembelajaran siswa dititik beratkan pada pencapaian kompetensi, bukan pada percepatan waktu. 4. Apakah siswa juga tertarik dengan model belajar aktif? Komentar: Ketertarikan siswa dengan aktivitas belajar tergantung dari: – Kualitas aktivitas itu sendiri – Kualitas scene setting dari setiap aktivitas. 5. Apakah model belajar aktif jika digunakan terus menerus tidak akan membuat siswa dan guru bosan? Komentar: Kebosanan terletak pada: – tidak adanya variasi aktivitas belajar yang disuguhkan. – Tidak adanya kompetisi dalam aktivitas dengan menggunakan scoring system. untuk lebih lengkapnya n


MUNIF CHATIB
Kita dapat menceritakan sesuatu kepada siswa
dengan cepat.
Namun siswa akan melupakan apa yang kita ceritakan itu dengan cepat.

Persepsi Guru Terhadap Pembelajaran
         Proses belajar adalah transformasi informasi dua arah.
         Prosentase terbesar dalam proses belajar yang benar adalah terletak pada AKTIVITAS BELAJAR SISWA.
         Keberhasilan aktivitas belajar siswa harus dengan Holistic Activities (aktivitas yang menyeluruh)

Falsafah Konfusius
2400 tahun silam

Yang saya dengar, saya lupa
Yang saya lihat, saya ingat
Yang saya kerjakan, saya pahami

Yang saya dengar, saya lupa
Yang saya dengar dan lihat, saya sedikit ingat
Yang saya dengar, lihat, dan pertanyakan atau diskusikan dengan orang lain, saya mulai pahami.
Dari yang saya dengar, lihat, bahas dan terapkan, saya dapatkan pengetahuan dan ketrampilan.
Yang saya ajarkan kepada orang lain, saya kuasai.

Hasil Penelitian DR. Howard Gardner
         Guru mengajar dengan gaya berceramah, potensi terbesar siswa menyerap informasi hanya 35%.
         Dari 35% tersebut, siswa dapat mengingat 70% pada 5 menit pertama sedangkan dalam 5 menit terakhir, siswa hanya ingat 10%.
         Dengan menambahkan media visual pada pembelajaran, ingatan akan meningkat, dari 15% hingga 40%.
         Pembelajaran kosa kata dengan media visual, akan meningkatkan ingatan sampai 200%.
         Waktu yang diperlukan untuk memahami sebuah konsep dapat berkurang 40% ketika menggunakan media visual.


Kekhawatiran guru terhadap pembelajaran dengan aktivitas
1.     Belajar aktif dianggap hanya merupakan kumpulan kesenangan dan permainan yang tidak menyentuh ke materi pendidikan.
          Komentar: Aktivitas tidak akan menyentuh materi apabila tidak merujuk pada indikator hasil belajar pada kompetensi dasar yang ditentukan.
2.     Belajar aktif dapat menjebak siswa untuk fokus pada aktivitas itu sendiri sampai-sampai siswa tidak memahami apa yang mereka pelajari.
          Komentar: Dapat terjadi apabila aktivitas dalam proses belajar tersebut:
       Tidak merujuk indikator hasil belajar,
       Tidak mempunyai indikator penilaian aktivitas,
       Tidak mempunyai “gairah hasil akhir”
3.     Belajar aktif menyita banyak waktu sehingga target seluruh pembelajaran tidak tercapai pada waktu yang ditentukan.
          Komentar: Aktifitas dapat didisain dengan tepat dan cepat, tergantung dari:
       Kreativitas guru dalam merancang aktivitas.
       Target pembelajaran siswa dititik beratkan pada pencapaian kompetensi, bukan pada percepatan waktu.

4.     Apakah siswa juga tertarik dengan model belajar aktif?
          Komentar: Ketertarikan siswa dengan aktivitas belajar tergantung dari:
       Kualitas aktivitas itu sendiri
       Kualitas scene setting dari setiap aktivitas.
5.     Apakah model belajar aktif jika digunakan terus menerus tidak akan membuat siswa dan guru bosan?
          Komentar: Kebosanan terletak pada:
       tidak adanya variasi aktivitas belajar yang disuguhkan.
       Tidak adanya kompetisi dalam aktivitas dengan menggunakan scoring system.
untuk lebih lengkapnya dalam strategi sekolah yang unggul dapat langsung datang ke Pimpinan Cabang Al-Irsyad Al_islamiyyah Jember
Jl. KArimata Gg. Barokah 53 Jember
Telp. 0331 330449. 355761
acara konsultasi diadakan setiap bulan …….












Lima E Sikap Guru Berkualitas

             DALAM dimensi operasional terutama pada jalur sekolah, guru merupakan salah satu unsur  pendidikan  lebih khusus lagi  dalam tingkatan instruksional dan eksperiensial. Guru berada dalam front terdepan pendidikan yang berhadapan  secara langsung dengan  peserta didik melalui  proses interaksi  instruksional  sebagai wahana terjadinya  proses pembelajaran  siswa dengan nuansa pendidikan.  Dalam proses ini terjadilah  suasana eksperiensial  yaitu diperolehnya  pengalaman belajar siswa untuk memperoleh perubahan  perilaku ke arah  yang lebih baik sesuai dengan tujuan  pendidikan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penentu kualitas proses  dan hasil pendidikan  terletak pada kinerja “ perilaku mengajar “ para guru ( Mohamad Surya : 2003 ).
Perilaku mengajar guru yang diwujudkan  dalam “interaksi pengajaran” menimbulkan “ perilaku belajar  “ siswa. Yang pada gilirannya  akan menghasilkan “hasil “ para siswa. Dalam konteks ini terjadi keterkaitan  timbal balik antara  “ perilaku mengajar”, “ interaksi pengajaran “. “ perilaku  belajar”, dan “ hasil belajar. “. Kualitas hasil belajar sebagai indikator  kualitas pendidikan  ditentukan oleh kualitas “perilaku belajar” siswa  yang terwujud melalui  proses  “interaksi  pengajaran” yang dikreasikan  oleh “ perilaku  mengajar “ dari  guru. Dengan demikian dapat dikatakan  bahwa keefektivan  pendidikan diawali dengan kualitas “ perilaku mengajar “ dari  para  guru.
Kualitas perilaku mengajar dari guru ditentukan dan dipengaruhi oleh berbagai faktor baik internal maupun eksternal, seperti tingkat pendidikan, penguasaan subjek, pengalaman, kualitas kepribadian, kualitas kehidupan, sikap dan ahaan diharapkan dapat mengubah pola pikiran  ketergantungan kepada instansi  formal menuju kemandirian yang lebih kreatif untuk menciptakan  lapangan kerja.pandangan lingkungan masyarakat, dan lain sebagainya. Dengan kata lain kualitas perilaku guru dalam menyiasati segenap tugas profesinya menjadi kunci keberhasilan pendidikan. Kualitas perilaku guru  itulah mengantarkan  guru tersebut dikategorikan sebagai “guru berkualitas”. Guru berkualitas  biasanya  menjadi idola masyarakat terlebih khusus peserta didiknya. Ada pun guru yang diidolakan  itu mempunyai sikap 5 E  ( efektif, edukatif, evaluatif, energik,  dan emansipatif ) terpadu dalam dirinya sebagai sosok seorang guru.
           Pertama, efektif. Pembelajaran dikatakan  efektif apabila  mampu memberikan
pengalaman baru, dan membentuk kompetensi peserta didik  serta mengantarkan mereka ke tujuan yang ingin dicapai secara  optimal ( E. Mulyasa : 2006 ).
Pembelajaran efektif hanya akan terjadi apabila diampu oleh guru efektif. Guru efektif selalu melibatkan siswa  secara aktif dalam proses pembelajarannya. Siswa dipersilakan mengunyah-unyah materi pelajaran hingga lumat melalui berbagai kegiatan praktikum, diskusi, tanya jawab , debat terarah dan lain-lain untuk menuju  pemahaman materi  di bawah kendali guru efektif. Oleh karenanya guru efektif dituntut selalu memperbaiki  kinerjanya , misalnya melalui penelitian tindakan kelas ( PTK ) atau pun melalui kajian mendalam tentang  proses pembelajaran ( lesson study ).
Di dalam pelaksanaan pembelajaran kesehariannya, guru tak dapat melepaskan dengan  pertanyaan-pertanyaan. Pertanyaan yang diberikan kepada siswa hendaknya tidak hanya tentang apa, siapa dan di mana akan tetapi  lebih banyak menekankan pada pertanyaan mengapa atau bagaimana. Oleh karena itu mengemukakan  permasalahan  ( problem ) kepada siswa jauh lebih berbobot daripada pemberian informasi melulu. Siswa hendaknya diajak  memecahkan permasalahan, berpikir kritis, dan membangun  semangat untuk  memiliki keingintahuan  yang tinggi.
Kedua, edukatif.   Edukatif  merupakan peran  utama dan  terutama   khususnya untuk peserta didik  pada jenjang  pendidikan dasar ( SD dan SMP ). Peran ini lebih tampak sebagai  teladan bagi peserta didik, sebagai role model, memberikan  contoh dalam hal sikap dan perilaku  dan membentuk kepribadian peserta didik  ( Suparlan : 2005 ).
Di dalam perannya sebagai  edukator, guru diharapkan memenuhi perannya    sebagai : a)  pengembang  kepribadian  peserta  didik,  b)  pembimbing  peserta didik,  c)  pembina budi pekerti peserta didik dan   d)  pemberi pengarahan kepada peserta didik. Dengan kata lain guru hendaknya membantu peserta didik yang sedang berkembang  untuk mempelajari sesuatu yang belum diketahuinya , membentuk kompetensi, dan memahami materi  standar yang  dipelajari. Di dalam pembelajaran , guru harus berpacu memberikan kemudahan belajar bagi seluruh peserta didik  agar  dapat mengembangkan potensinya secara optimal.
          Ketiga, evaluatif. Evaluasi atau penilaian  merupakan aspek pembelajaran yang paling kompleks, karena melibatkan banyak latar belakang dan hubungan serta vsrisbel lain  yang mempunyai arti apabila berhubungan dengan konteks yang hampir tidak mungkin dapat dipisahkan dengan setiap penilaian. Tak ada proses pembelajaran tanpa penilaian . Mengapa ? Karena penilaian merupakan proses menetapkan kualitas hasil belajar atau proses untuk menentukan tingkat pencapaian  tujuan pembelajaran ( E. Mulyasa : 2005 ).
Mengingat penilaian itu harus dilaksanakan  dengan prinsip-prinsip dan teknik  yang sesuai , maka guru perlu  memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang memadai. Selama menilai peserta didik, guru hendaknya secara menyadari  kesalahan dan kekurangannya melalui refleksi balikan dari peserta didik. Hal ini untuk memperbaiki langkah-langkah  yang lebih berkualitas. Guru yang mau menilai  kemampuan kognitif, perilaku dan keterampilan secara terpadu  pada peserta didiknya adalah guru yang bertanggung jawab.  Selain menilai hasil belajar peserta didik , guru harus mau menilai dirinya sendiri  secara objektif . Guru yang demikian inilah merupakan guru yang benar-benar evaluatif.